Rindu
Adina Febriyanti
D
|
edaunan melambai mesra di terjang angin malam yang menusuk, memelukku
hangat. Anganku melayang akan perjalananku besok, aku akan sangat merindu
dengan semua keadaan ini. Malam gemerlap penuh bintang mengejekku yang lemah
tanpa daya meringkuk dan membiarkan rasa takut bergelora, aku resah, berharap esok
takkan kutemukan dalam hidupku. Membayangkan apa aku benar-benar harus enyah
dari tanah kelahiranku, berbekal nekat dan keberanian menggapai asa dan
cita-cita mulia di ibukota. Banjir hinggap dipipiku, resah gelisah tak menentu,
entah ini pertanda baik atau mungkin perihal yang buruk.
“Le ini tasmu, simbok sudah menyiapkan
barang yang akan kamu bawa besok. Kalau ada yang lain yang kamu butuhkan bilang
saja pada simbok, nanti tak siapkan. Tidur yo le, kamu akan melakukan perjalanan panjang besok jadi simbok ndak mau kalau kamu sakit.” Tuturnya
dengan lembut dan kasih sayang selepas menidurkan adik di kamarnya. Sembari
memberikan tas kain kepadaku yang penuh sesak dengan barang. Aku tidak perlu
lagi memeriksanya, karena simboklah yang paling tahu tentang kebutuhanku.
“Inggih mbok, suwun. Candra belum mau tidur sekarang.” Ujarku seakan tak
menghiraukan ucapannya barusan. Sekilas aku tersenyum melihat tas yang
bentuknya menggembung sesak dengan perbekalan, lalu memalingkan wajahku dari
pemandangan indah itu.
Bukan karena aku tak peduli, tapi ada
benda yang sangat kuat dibalik kelopak mata yang mendesak keluar dengan
dahsyatnya. Aku tidak ingin simbok tahu, meskipun sebagai seorang ibu pastinya
simbok sudah mengetahui apa isi pikiran dan hati anak yang telah dilahirkan dan
didik olehnya sejak sembilan belas tahun silam. Yang ada hanyalah pertentangan
batinku. Hatiku ingin tetap tinggal dan bersama keluarga kecil sederhana nan
bahagia ini, namun satu sisi aku tidak ingin mengecewakan mereka. Aku telah
menghabiskan hasil jerit payah mereka mengelola beberapa bidang tanah warisan
kakek yang digunakannya sebagai tumpuan hidup membesarkan aku dan adikku sampai
sebesar ini. Aku masih tak bisa bersikap dewasa dalam hal apapun, aku ingin
selalu menjadi anak kecil bagi mereka agar kasih sayang mereka sepenuhnya
untukku. Jujur saja, inilah kali pertamaku harus pergi jauh dalam waktu lama
meninggalkan mereka.
“Le,
kamu ndak lagi nangis kan?
Malu-maluin lah masa badan kekar gini disuruh nangis.” Tegur bapak yang sangat
ku hormati dan kujadikan panutan membuyarkan lamunanku di gubuk tua diatas
rumahku. Berteman lampu jinjing minyak tanah, cahaya redupnya menyinari pojok
hatiku.
“Ah ndak pak, cuma terharu aja melihat simbok begitu antusias mempersiapkan
bekalku besok.” Jawabku sambil menyunggingkan bibir dan memamerkan lesung
pipitku, tanganku menyapu air mata yang merayap dipipiku dengan hangat.
“Ah jangan bohong kamu sama bapak.
Semangat buat besok, jangan sedih lagi. Simbok dan bapak sangat berharap kamu
berhasil le. Jangan kecewakan kami.
Kami akan selalu mendoakanmu dari sini. Adikmu juga, dia pasti sangat bangga
melihat kakak yang begitu dia kagumi selama ini mengenakan seragam loreng
kebanggaanmu kelak. Sekarang menangislah sebagai seorang lelaki tangguh. Tapi
ingat, jangan pernah teteskan air mata lagi di luar sana, karena bapak ndak mau
anak bapak yang gagah perkasa calon perwira yang akan mengangkat derajat
keluarga kita ini terlihat lemah. Bapak simbok bahagia kamu besok akan pergi.
Pergilah nak, gapai cita-cita luhurmu itu. Bapak akan menjaga simbok dan adik.
Jangan cemaskan kami. Sekarang saatnya kamu menjaga dirimu sendiri.” Tutur
bapak lembut di telingaku, semakin membuat pelupuk mataku basah, segera aku
diraihnya. Dipeluknya. Aku tidak akan mengecewakan bapak, simbok, dan adikku
tersayang. Insyaallah.
***
Dentuman suara merdu membangkitkan
ragaku, langit masih gelap gulita membutakan mata, terasa dingin menusuk kulit
dan menembus jiwaku. Gemericik air mengantarkanku pada salah satu kewajiban
yang semasa hidup harus ditegakkan. Tiang agamaku. Aku bersujud meminta
ridho-Nya dan jalan yang benar untukku, jalan terbaik dan cara memulai pengembaraan
hidupku yang akan kumulai hari ini
dimana aku harus bertahan ditengah kerasnya kehidupan yang menungguku. Asap
kayu bakar sisa simbok memasak masih tercium jelas.
“Ayo makan
dulu, nanti keburu dingin sop nya. Mas kan jam 7 harus berangkat ke stasiun.”
Ajak simbok yang sudah siap dengan hidangan sarapannya.
“Nggih mbok.”
Sahutku singkat sembari membawa tasku ke meja makan. Adikku demikian, dia
membawa tas sekolahnya. Padahal hari ini hari minggu dan aku yakin dia libur
hari ini.
“Dina boleh
ikut mengantar mas kan mbok?.” Pinta adikku yang pintar itu, adikku adalah
perayu yang hebat, dia sangat manis dan aku merasa takkan bertahan lama tanpa
senyum manis dari bibirnya itu.
“Ndak
usah Din, mas mu ini kan udah besar. Lagian kan jauh dari sini ke kota.” Tutur
simbok dengan nada halus, sambil mengelus-elus rambut Dina. Seketika senyum di
bibir adikku ini menciut, terlihat kekecewaan dimatanya.
Selepas
makan, jatungku mulai berdetak sangat keras. Tiba saatnya aku harus pergi,
meninggalkan kehangatan keluarga tercintaku ini. Aku berdiri diluar pintu, air
mataku tak terbendung lagi, tumpah ruah tak terkendali. Aku menyalami satu
persatu mulai dari simbok, bapak, lalu adikku. Ada rasa berat melepasku di hati
mereka. Ya Allah tolong hambamu ini, buat jiwaku tegar didepan mereka.
“Candra
berangkat dulu ya mbok, pak, adik jangan nakal. Assalamu’alaikum.” Ucapku sembari melambaikan tanganku. Tubuhku
bergetar saat kaki ini melangkah meninggalkan mereka. Aku akan segera pulang
menuai sukses. Aku yakin itu. Aku meminta
perlindungan-Mu Ya Allah.
***
Sudah satu
setengah jam lamanya aku duduk diatas tumpukan jerami bersama dengan kambing-kambing gemuk ini,
diatas mobil bak terbuka saksi kisahku yang teramat berat berpisah dan jauh
dari mereka. Rumput-rumput melambai
“Dik, sudah sampai terminal. Sini
bapak bantu bawakan.” Aku menginjakkan kakiku ke lantai terminal ini. Di kursi
usang nan tua ini, ku sandarkan punggungku melepas penat menunggu perjalanan baru
yg akan dimulai dari sini, meraih masa depanku dan merajut cerita indah dan mengukir
sejarah hidupku. Ku genggam tiket bus, bergegas masuk ke dalam bis yang ku
pesan jauh-jauh hari. Bis antarprovinsi berwarna hijau dengan LCD di depan sopir
sebagai hiburan di tengah jenuhnya perjalanan. Aku merebahkan tubuh lemasku
melihat lalu lalang kendaraan di kota ini, berharap kegundahan hatiku akan
hilang dan aku bisa mulai terlelap menghilangkan berat dimataku yang semalam
tak bisa ku pejamkan.
Akhirnya setelah menjalani perjalanan selama
belasan jam aku sampai di pusat ibukota,banyak gedung yang tinggi menjulang,
bahkan melebihi bangunan tertinggi di Wonosobo ada disini, bagunan-bangunan
seakan menembus langit. Kulihat kerlap-kerlip dan hingar-bingar ibukota dibalik
kaca mobil ini, mobil mewah yang baru sekali ini kunaiki.
“Jangan sedih
lagi, sebentar lagi setelah kamu sampai dan bertemu teman baru kamu akan
melupakan masalahmu.” Ucap orang yang menjemputku di terminal, dia adalah teman
pamanku. Dia seorang tentara bintang dua yang akan mengurusku selama proses
pendaftaran, aku akan belajar banyak
darinya. Pak Hadi namanya.
Setelah
melakukan serangkaian tes yang menyita waktu bahkan hampir satu bulan lamanya,
aku diterima dan dinyatakan sebagai calon perwira. Aku bersorak girang. Doaku
terkabul, Alhamdulillah.
***
Selepas meninggalkan rumah pak Hadi,
diantarnya aku menuju asrama, disinalah tempat tinggalku selama aku mengikuti
proses pendidikan sebagai calon perwira.
Malam ini malam kelabu yang membuatku nelangsa setengah mati, saat aku harus
menahan rasa rindu akan bapak dan simbok juga adik manisku. Aku terkapar tak
berdaya dalam kesunyian malam ini, terpejam dan berharap agar dahaga rinduku
segera menemukan pemuasnya. Berharap bisa bertemu dalam mimpi. Sekejap saja.
“Priitt..priitt..” Bunyi peluit
membangunkanku, membawaku bersujud dan berterimakasih akan karunia Allah SWT
yang Maha Agung. Berharap akan tiba masanya aku bertemu dengan keluargaku.
“Candra, ini untukmu.”
Tutur teman sekamarku yang bernama Ari sembari memberi sebuah amplop. Di bagian
depannya tertulis nama alamat desa dan kota kelahiranku. Tanpa ba bi bu
langsung saja kubuka amplop itu dan kutemukan secarik kertas.
Asssalamu’alaikum..
Candra
anakku, piye kabarmu Le? Apik to? Bapak, simbok, dan adik kangen sama kamu.
Simbok meminta bapak buat menulis sepucuk surat ini buatmu. Le, jangan sedih,
tahan rasa kangenmu kui, jangan nangis lagi. Bapak pingin kamu sukses ndak
seperti bapakmu ini yang harus banting tulang membesarkanmu dari benih-benih
jahe, cabai, dan kayu yang kami semai. Jadilah anak yang cerdas, berguna bagi
bangsa dan negara juga agamamu , jangan jadi orang bodoh seperti bapak simbokmu
yang baca tulis saja masih tertatih-tatih. Makanya kami menyekolahkan kamu
setinggi kemampuan kami, berusaha agar hidupmu enak dan lebih baik. Kami
membiarkanmu pergi jauh bukan karena sudah tak peduli, tapi tak lain demi masa
depanmu, kamu harus ditempa dengan sejuta tekanan yang kuat agar kamu terbiasa.
Saat pertama kali kami mendengar
bahwa anakku yang gagah ini bercita-cita mengabdikan diri sebagai seorang simbokmu
sampai menangis tersedu-sedu. Awalnya kami ragu apa bisa membiayaimu pergi ke
kota metropolitan itu, dan Alhamdulillah ada kesempatan. Mulai saat itu kami
mempersiapkan bekal untukmu, termasuk dengan menempa fisik dan mentalmu.
Percayalah le, hidup ini tidak semudah yang kamu kira. Jangan sia-siakan masa
mudamu untuk menyiksa diri, tapi belajarlah dan serap ilmu yang kamu dapatkan
lalu terapkan di hidupmu. Tentunya ilmu yang bermanfaat, doakan kami sehat
selalu ya le, agar bisa melakukan penantian yang sudah semakin dekat dengan
pemuasnya. Ada banyak orang yang ingin sepertimu, dan kamu adalah orang yang
terpilih untuk ini. Jangan kecewakan kami. Jangan biarkan legam dipundak ini
semakin terasa. Oh iya, adikmu sudah mau masuk SD. Doakan adikmu agar sepintar
kamu ya, agar menjadi generasi penerus bangsa yang membanggakan. Cepat datang
jika pendidikanmu telah usai. . Dibalik kertas ini ada foto kami bertiga yang
sangat merindukanmu, jaga diri baik-baik. Jangan lupa kewajibanmu sebagai
seorang mukmin yang ta’at. Allah memberkatimu le, Insyaallah.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Tertanda,
Bapakmu
Rasa resahku
seketika hilang, lega bagai lepas dari jeratan yang membelenggu. Untuk kesekian
kalinya pertahananku jebol, tapi kali ini aku bahagia. Sangat bahagia.
“Bapak,
simbok, anakmu akan segera datang membawa keberhasilan dan masa depan yang
cerah. Candra mu ini akan berusaha sekuat tenaga untuk menggapai cita-citaku.
Aku sekarang jauh sekali, tapi setelah membaca suratmu aku menjadi tenang.
Awalnya aku takut, puluhan pasukan bersenjata ada didepanku untuk menguji apa
aku pantas ikut pendidikan ini. Akan candra tunjukkan bahwa bapak dan simbok ndak salah mempercayai Candra. Bapak
sudah memberi semangat baru bagi Candra. Terimakasih untuk semua pengorbanan
kalian selama ini.” Batinku sembari memeluk erat surat pelepas rindu ini,
kulihat selembar foto yang menyertainya.
Anakmu akan segera menyusul kalian, aku
akan segera pulang. Enam bulan lagi..
***
Angin
menghembus membawa angan terbang seiring riuh rendahnya suara prajurit yang
lalu lalang melakukan latihan di pojok sana. Rumput ilalang melambai-lambai
dengan anggun melepaskan pesona di awal fajar kali ini. Daun-daun melepaskan
genggamannya pada sang embun yang mulai turun, pohon-pohon menjulang di depan
mataku, mentari begitu ceria menembus celah dahan dan daun pohon rindang
memberi kehangatan yang terpantik menembus kalbu. Burung-burung berkicau ria
merayakan terbitnya hari cerahku selanjutnya..
Best cerpen
BalasHapusBagus
BalasHapusJOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
BURUAN DAFTAR!
MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
dewa-lotto.site
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
Menyediakan Deposit Via Pulsa TELKOMSEL / XL
Dompet Digital Via OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
WA : +855 88 868 8229
Online 24Jam Bosku
www.dewa-lotto.site
www.dewa-lotto.club