Metal Pointer Adina's Blog: CERPEN 'RINDU'

Selasa, 27 Maret 2018

CERPEN 'RINDU'

Rindu
Adina Febriyanti

D
edaunan melambai mesra di terjang angin malam yang menusuk, memelukku hangat. Anganku melayang akan perjalananku besok, aku akan sangat merindu dengan semua keadaan ini. Malam gemerlap penuh bintang mengejekku yang lemah tanpa daya meringkuk dan membiarkan rasa takut bergelora, aku resah, berharap esok takkan kutemukan dalam hidupku. Membayangkan apa aku benar-benar harus enyah dari tanah kelahiranku, berbekal nekat dan keberanian menggapai asa dan cita-cita mulia di ibukota. Banjir hinggap dipipiku, resah gelisah tak menentu, entah ini pertanda baik atau mungkin perihal yang buruk.
                “Le ini tasmu, simbok sudah menyiapkan barang yang akan kamu bawa besok. Kalau ada yang lain yang kamu butuhkan bilang saja pada simbok, nanti tak siapkan. Tidur yo le, kamu akan melakukan perjalanan panjang besok jadi simbok ndak mau kalau kamu sakit.” Tuturnya dengan lembut dan kasih sayang selepas menidurkan adik di kamarnya. Sembari memberikan tas kain kepadaku yang penuh sesak dengan barang. Aku tidak perlu lagi memeriksanya, karena simboklah yang paling tahu tentang kebutuhanku.
“Inggih mbok, suwun. Candra belum mau tidur sekarang.” Ujarku seakan tak menghiraukan ucapannya barusan. Sekilas aku tersenyum melihat tas yang bentuknya menggembung sesak dengan perbekalan, lalu memalingkan wajahku dari pemandangan indah itu.
Bukan karena aku tak peduli, tapi ada benda yang sangat kuat dibalik kelopak mata yang mendesak keluar dengan dahsyatnya. Aku tidak ingin simbok tahu, meskipun sebagai seorang ibu pastinya simbok sudah mengetahui apa isi pikiran dan hati anak yang telah dilahirkan dan didik olehnya sejak sembilan belas tahun silam. Yang ada hanyalah pertentangan batinku. Hatiku ingin tetap tinggal dan bersama keluarga kecil sederhana nan bahagia ini, namun satu sisi aku tidak ingin mengecewakan mereka. Aku telah menghabiskan hasil jerit payah mereka mengelola beberapa bidang tanah warisan kakek yang digunakannya sebagai tumpuan hidup membesarkan aku dan adikku sampai sebesar ini. Aku masih tak bisa bersikap dewasa dalam hal apapun, aku ingin selalu menjadi anak kecil bagi mereka agar kasih sayang mereka sepenuhnya untukku. Jujur saja, inilah kali pertamaku harus pergi jauh dalam waktu lama meninggalkan mereka.
Le, kamu ndak lagi nangis kan? Malu-maluin lah masa badan kekar gini disuruh nangis.” Tegur bapak yang sangat ku hormati dan kujadikan panutan membuyarkan lamunanku di gubuk tua diatas rumahku. Berteman lampu jinjing minyak tanah, cahaya redupnya menyinari pojok hatiku.
“Ah ndak pak, cuma terharu aja melihat simbok begitu antusias mempersiapkan bekalku besok.” Jawabku sambil menyunggingkan bibir dan memamerkan lesung pipitku, tanganku menyapu air mata yang merayap dipipiku dengan hangat.
“Ah jangan bohong kamu sama bapak. Semangat buat besok, jangan sedih lagi. Simbok dan bapak sangat berharap kamu berhasil le. Jangan kecewakan kami. Kami akan selalu mendoakanmu dari sini. Adikmu juga, dia pasti sangat bangga melihat kakak yang begitu dia kagumi selama ini mengenakan seragam loreng kebanggaanmu kelak. Sekarang menangislah sebagai seorang lelaki tangguh. Tapi ingat, jangan pernah teteskan air mata lagi di luar sana, karena bapak ndak mau anak bapak yang gagah perkasa calon perwira yang akan mengangkat derajat keluarga kita ini terlihat lemah. Bapak simbok bahagia kamu besok akan pergi. Pergilah nak, gapai cita-cita luhurmu itu. Bapak akan menjaga simbok dan adik. Jangan cemaskan kami. Sekarang saatnya kamu menjaga dirimu sendiri.” Tutur bapak lembut di telingaku, semakin membuat pelupuk mataku basah, segera aku diraihnya. Dipeluknya. Aku tidak akan mengecewakan bapak, simbok, dan adikku tersayang. Insyaallah.

***

Dentuman suara merdu membangkitkan ragaku, langit masih gelap gulita membutakan mata, terasa dingin menusuk kulit dan menembus jiwaku. Gemericik air mengantarkanku pada salah satu kewajiban yang semasa hidup harus ditegakkan. Tiang agamaku. Aku bersujud meminta ridho-Nya dan jalan yang benar untukku, jalan terbaik dan cara memulai pengembaraan hidupku  yang akan kumulai hari ini dimana aku harus bertahan ditengah kerasnya kehidupan yang menungguku. Asap kayu bakar sisa simbok memasak masih tercium jelas.
                “Ayo makan dulu, nanti keburu dingin sop nya. Mas kan jam 7 harus berangkat ke stasiun.” Ajak simbok yang sudah siap dengan hidangan sarapannya.
                “Nggih mbok.” Sahutku singkat sembari membawa tasku ke meja makan. Adikku demikian, dia membawa tas sekolahnya. Padahal hari ini hari minggu dan aku yakin dia libur hari ini.
                “Dina boleh ikut mengantar mas kan mbok?.” Pinta adikku yang pintar itu, adikku adalah perayu yang hebat, dia sangat manis dan aku merasa takkan bertahan lama tanpa senyum manis dari bibirnya itu.
Ndak usah Din, mas mu ini kan udah besar. Lagian kan jauh dari sini ke kota.” Tutur simbok dengan nada halus, sambil mengelus-elus rambut Dina. Seketika senyum di bibir adikku ini menciut, terlihat kekecewaan dimatanya.
                Selepas makan, jatungku mulai berdetak sangat keras. Tiba saatnya aku harus pergi, meninggalkan kehangatan keluarga tercintaku ini. Aku berdiri diluar pintu, air mataku tak terbendung lagi, tumpah ruah tak terkendali. Aku menyalami satu persatu mulai dari simbok, bapak, lalu adikku. Ada rasa berat melepasku di hati mereka. Ya Allah tolong hambamu ini, buat jiwaku tegar didepan mereka.
                “Candra berangkat dulu ya mbok, pak, adik jangan nakal. Assalamu’alaikum.” Ucapku sembari melambaikan tanganku. Tubuhku bergetar saat kaki ini melangkah meninggalkan mereka. Aku akan segera pulang menuai sukses. Aku yakin itu. Aku meminta perlindungan-Mu Ya Allah.

***

                Sudah satu setengah jam lamanya aku duduk diatas tumpukan jerami  bersama dengan kambing-kambing gemuk ini, diatas mobil bak terbuka saksi kisahku yang teramat berat berpisah dan jauh dari mereka. Rumput-rumput melambai
“Dik, sudah sampai terminal. Sini bapak bantu bawakan.” Aku menginjakkan kakiku ke lantai terminal ini. Di kursi usang nan tua ini, ku sandarkan punggungku melepas penat menunggu perjalanan baru yg akan dimulai dari sini, meraih masa depanku dan merajut cerita indah dan mengukir sejarah hidupku. Ku genggam tiket bus, bergegas masuk ke dalam bis yang ku pesan jauh-jauh hari. Bis antarprovinsi berwarna hijau dengan LCD di depan sopir sebagai hiburan di tengah jenuhnya perjalanan. Aku merebahkan tubuh lemasku melihat lalu lalang kendaraan di kota ini, berharap kegundahan hatiku akan hilang dan aku bisa mulai terlelap menghilangkan berat dimataku yang semalam tak bisa ku pejamkan.
 Akhirnya setelah menjalani perjalanan selama belasan jam aku sampai di pusat ibukota,banyak gedung yang tinggi menjulang, bahkan melebihi bangunan tertinggi di Wonosobo ada disini, bagunan-bangunan seakan menembus langit. Kulihat kerlap-kerlip dan hingar-bingar ibukota dibalik kaca mobil ini, mobil mewah yang baru sekali ini kunaiki.
                “Jangan sedih lagi, sebentar lagi setelah kamu sampai dan bertemu teman baru kamu akan melupakan masalahmu.” Ucap orang yang menjemputku di terminal, dia adalah teman pamanku. Dia seorang tentara bintang dua yang akan mengurusku selama proses pendaftaran,  aku akan belajar banyak darinya. Pak Hadi namanya.
                Setelah melakukan serangkaian tes yang menyita waktu bahkan hampir satu bulan lamanya, aku diterima dan dinyatakan sebagai calon perwira. Aku bersorak girang. Doaku terkabul, Alhamdulillah.

***

               
Selepas meninggalkan rumah pak Hadi, diantarnya aku menuju asrama, disinalah tempat tinggalku selama aku mengikuti proses  pendidikan sebagai calon perwira. Malam ini malam kelabu yang membuatku nelangsa setengah mati, saat aku harus menahan rasa rindu akan bapak dan simbok juga adik manisku. Aku terkapar tak berdaya dalam kesunyian malam ini, terpejam dan berharap agar dahaga rinduku segera menemukan pemuasnya. Berharap bisa bertemu dalam mimpi. Sekejap saja.
                “Priitt..priitt..” Bunyi peluit membangunkanku, membawaku bersujud dan berterimakasih akan karunia Allah SWT yang Maha Agung. Berharap akan tiba masanya aku bertemu dengan keluargaku.
                “Candra, ini untukmu.” Tutur teman sekamarku yang bernama Ari sembari memberi sebuah amplop. Di bagian depannya tertulis nama alamat desa dan kota kelahiranku. Tanpa ba bi bu langsung saja kubuka amplop itu dan kutemukan secarik kertas.
                Asssalamu’alaikum..
Candra anakku, piye kabarmu Le? Apik to? Bapak, simbok, dan adik kangen sama kamu. Simbok meminta bapak buat menulis sepucuk surat ini buatmu. Le, jangan sedih, tahan rasa kangenmu kui, jangan nangis lagi. Bapak pingin kamu sukses ndak seperti bapakmu ini yang harus banting tulang membesarkanmu dari benih-benih jahe, cabai, dan kayu yang kami semai. Jadilah anak yang cerdas, berguna bagi bangsa dan negara juga agamamu , jangan jadi orang bodoh seperti bapak simbokmu yang baca tulis saja masih tertatih-tatih. Makanya kami menyekolahkan kamu setinggi kemampuan kami, berusaha agar hidupmu enak dan lebih baik. Kami membiarkanmu pergi jauh bukan karena sudah tak peduli, tapi tak lain demi masa depanmu, kamu harus ditempa dengan sejuta tekanan yang kuat agar kamu terbiasa. Saat pertama kali kami mendengar bahwa anakku yang gagah ini bercita-cita mengabdikan diri sebagai seorang simbokmu sampai menangis tersedu-sedu. Awalnya kami ragu apa bisa membiayaimu pergi ke kota metropolitan itu, dan Alhamdulillah ada kesempatan. Mulai saat itu kami mempersiapkan bekal untukmu, termasuk dengan menempa fisik dan mentalmu. Percayalah le, hidup ini tidak semudah yang kamu kira. Jangan sia-siakan masa mudamu untuk menyiksa diri, tapi belajarlah dan serap ilmu yang kamu dapatkan lalu terapkan di hidupmu. Tentunya ilmu yang bermanfaat, doakan kami sehat selalu ya le, agar bisa melakukan penantian yang sudah semakin dekat dengan pemuasnya. Ada banyak orang yang ingin sepertimu, dan kamu adalah orang yang terpilih untuk ini. Jangan kecewakan kami. Jangan biarkan legam dipundak ini semakin terasa. Oh iya, adikmu sudah mau masuk SD. Doakan adikmu agar sepintar kamu ya, agar menjadi generasi penerus bangsa yang membanggakan. Cepat datang jika pendidikanmu telah usai. . Dibalik kertas ini ada foto kami bertiga yang sangat merindukanmu, jaga diri baik-baik. Jangan lupa kewajibanmu sebagai seorang mukmin yang ta’at. Allah memberkatimu le, Insyaallah.
 Wassalamu’alaikum wr.wb
Tertanda,
Bapakmu
                Rasa resahku seketika hilang, lega bagai lepas dari jeratan yang membelenggu. Untuk kesekian kalinya pertahananku jebol, tapi kali ini aku bahagia. Sangat bahagia.
                “Bapak, simbok, anakmu akan segera datang membawa keberhasilan dan masa depan yang cerah. Candra mu ini akan berusaha sekuat tenaga untuk menggapai cita-citaku. Aku sekarang jauh sekali, tapi setelah membaca suratmu aku menjadi tenang. Awalnya aku takut, puluhan pasukan bersenjata ada didepanku untuk menguji apa aku pantas ikut pendidikan ini. Akan candra tunjukkan bahwa bapak dan simbok ndak salah mempercayai Candra. Bapak sudah memberi semangat baru bagi Candra. Terimakasih untuk semua pengorbanan kalian selama ini.” Batinku sembari memeluk erat surat pelepas rindu ini, kulihat selembar  foto yang menyertainya. Anakmu  akan segera menyusul kalian, aku akan segera pulang. Enam bulan lagi..

***


                Angin menghembus membawa angan terbang seiring riuh rendahnya suara prajurit yang lalu lalang melakukan latihan di pojok sana. Rumput ilalang melambai-lambai dengan anggun melepaskan pesona di awal fajar kali ini. Daun-daun melepaskan genggamannya pada sang embun yang mulai turun, pohon-pohon menjulang di depan mataku, mentari begitu ceria menembus celah dahan dan daun pohon rindang memberi kehangatan yang terpantik menembus kalbu. Burung-burung berkicau ria merayakan terbitnya hari cerahku selanjutnya..

4 komentar:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
    Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
    BURUAN DAFTAR!
    MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
    dewa-lotto.site

    BalasHapus
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    Menyediakan Deposit Via Pulsa TELKOMSEL / XL
    Dompet Digital Via OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
    Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
    WA : +855 88 868 8229
    Online 24Jam Bosku
    www.dewa-lotto.site
    www.dewa-lotto.club

    BalasHapus